Kehadiran bahasa
gaul dalam pergaulan sosial di negeri ini tidak makin meyurut tetapi justru
makin meluas.Bahasa tersebut saat ini telah menyebar kemana-mana. Penggunanya
tidak hanya kalangan remaja perkotaan tetapi juga telah merambah ke
daerah-daerah pinggiran dan pedesaan.
Bahasa gaul yang
sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat mudah diserap oleh
masyarakatnya. Apalagi anan-anak muda dan remaja. Anak remaja akan dikatakan
dikatakan gaul dan modern apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat
ini.yaitu mampu menyesuaikan dengan infromasi serta teknologi yang berkembang
saat ini.serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal
tersebut tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa gaul yang akan mereka temui
nanti yaitu ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini.
Dalam era
globalisasi ini dimana semua alat teknologi sudah canggih, pastinya semua anak
remaja tidak ketinggalan. Sebagai contoh handphone dikalangan anak muda, semua
anak muda di Indonesia sudah memiliki handphone dari yang harganya selangit sampai yang
terendah dengan berbagai macam fungsi dan kegunaanya. Melalui handphone anak
muda dapat berkomunikasi dan bertukar informasi dengan teman. Salah satunya
melalui SMS mereka dapat berkomunikasi secara tertulis.
Bahasa yang
mereka gunakan dalam SMS bermacam-macam, yang pasti singkat dan mudah
dimengerti. Bahasa gaul yang tidak lepas dari peristiwa ini. Kalau tidak,
mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi dalam SMS. Mereka
akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan.
Yang agak
ekstrim misalnya sebutan untuk orang tua seperti ibu atau bapak berubah menjadi
”bokap” dan “ nyokap”. Jika anak-anak muda tidak menggunakan bahasa gaul ini
mereka merasa ketinggalan jaman, kuno, gak gaul, dan sebagainya.
Sebagai media
berekspresi, bahasa gaul sejatinya tidak akan menimbulakan masalah sepanjang
pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi memiliki derajat kesepahaman
yang sama terhadap maksud tuturan. Bahkan, penggunaan partikel bahasa prokem,
seperti “sih”, “tuh”, “nih”, “dong”, “yah”, atau “deh”, membuat suasana
pergaulan terasa lebih “hidup” dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan
anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang
berbahasa baku.
Maraknya
penggunaan bahasa gaul dalam konteks komunikasi kekinian bisa dipahami sebagai
ekspresi kaum remaja yang bersifat pragmatis untuk menciptakan situasi
pergaulan yang lebih cair dan akrab. Meskipun demikian, sungguh celaka apabila
dalam situasi formal, para penutur bersikap latah menggunakan bahasa gaul.
Sanksi formal memang tidak ada. Namun, ketaatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar perlu terus dijaga. Kepada siapa kita berbicara, topik
apa yang dibicarakan, dan dalam situasi apa kita berbicara, perlu dijadikan
sebagai pertimbangan utama bagi seorang penutur dalam berekspresi. Jangan
sampai kita mencederai proses dan interaksi sosial akibat penggunaan ragam
berbahasa yang tidak sesuai.
Sebagai sarana
untuk membangun karakter bangsa, sudah saatnya penggunaan bahasa Indonesia
secara baik dan benar terus dibumikan dalam konteks pergaulan sehari-hari, baik
dalam situasi formal maupun non-formal. Maraknya penggunaan bahasa gaul dalam
interaksi sosial perlu dimaknai sebagai bagian dari dinamika sosial yang
bersifat temporer. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring
perkembangan peradaban masyarakat penuturnya.
Contoh gaya bahasa gaul dikalangan anak muda/remaja:
1) Jaim
Jika bergaul dengan teman laki-laki jangan mengumbar kata maupun tingkah laku alias harus bisa “jaim”.Jaim alias jaga image
Jika bergaul dengan teman laki-laki jangan mengumbar kata maupun tingkah laku alias harus bisa “jaim”.Jaim alias jaga image
2) Cupu
Sebutan ini lazim ditujukan untuk seorang yang berpenampilan kuno, jaman dulu. Dengan kata lain dianggap tidak lazim mencerminkan kekinian, misalnya berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku (terlalu rajin belajar), kurang bergaul dikalangan anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat “culun punya”. Culun dapat berarti “lugu-lugu bego” punya, dapat berarti “benar-benar”, jika digabung menjadi : benar-benar lugu/bego.
Sebutan ini lazim ditujukan untuk seorang yang berpenampilan kuno, jaman dulu. Dengan kata lain dianggap tidak lazim mencerminkan kekinian, misalnya berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku (terlalu rajin belajar), kurang bergaul dikalangan anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat “culun punya”. Culun dapat berarti “lugu-lugu bego” punya, dapat berarti “benar-benar”, jika digabung menjadi : benar-benar lugu/bego.
3) Memble dan
Kece
Kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas
Jaja Mihardja pada tahun1986, muncul sebuah film berjudul “ Memble Tapi Kece”
yang dperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
4) Booo…
Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempromosikan kata-kata ini.
Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempromosikan kata-kata ini.
5) Cetar
Membahana
Yang dipopulerkan oleh Syahrini.
Masih banyak lagi bahasa gaul lainnya seperti anak
alay, cabe-cabean, terong-terongan, lidi-lidian dan lain sebagainya.
Sebagai remaja
yang memiliki kemampuan berfikir, tentu kita tidak mau menjadi bagian atau termasuk dari orang
“asbun” alias “asal bunyi” dalam berbicara. Nah karena itu, sebaiknya kita
meninjau kembali bahasa gaul yang setiap hari kita gunakan itu sudah sesuai
tidak konteksnya dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Supaya tidak asal
bunyi, bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pribadinya. Silakan
menggunakan bahasa gaul sebagai cerminan bahwa kita memang remaja yang senang
bergaul. Namun hati-hati, jangan karena kita merasa bangga jadi anak gaul
tetapi bahasa gaul yang kita gunakan tidak tepat konteksnya atau bertentangan
denagn nilai-nilai kesopanan dan moral. Sebab jika demikian bisa-bisa kita justru
disebut anak yang salah gaul. Jadi kita harus pandai memilih bahasa yang baik
untuk digunakan pada saat bicara.
Untuk
menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas dimasyarakat masa depan,
perlu adanya usaha saat ini untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman
dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional. Para orang tua, guru, pemerintah sangat dituntut kinerja
mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan
anak-anak terhadap Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa bahasa Indonesia
secara baik dan benar pada saat ini dan masa mendatang akan semakin meningkat.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa
gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan
nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa nasional, bahasa pemersatu dan bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia fiksi dan dunia nonfiksi
yang menyebabkan interferensi kedalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa
Indonesia diatas, ada hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain :
a)
Menyadarkan
masyarakat Indonesia terutama para penerus bangsa, Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih
mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa
gaul.
b)
Menanamkan
semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat
luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahsa Indonesia.
Sebagaimana yang kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang
dapat kita gunakan untuk merekatkan pesatuan dan kesatuan bangsa. Dengan
menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan Bahasa
Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul.
c)
meningkatkan
pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa
dapat diberi tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog
pada kegiatan bermain drama, diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah
serta juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerpen atau puisi.
No comments:
Post a Comment