Thursday, June 8, 2017

Penggunaan Bahasa Gaul Dikalangan Anak Muda/Remaja




Kehadiran bahasa gaul dalam pergaulan sosial di negeri ini tidak makin meyurut tetapi justru makin meluas.Bahasa tersebut saat ini telah menyebar kemana-mana. Penggunanya tidak hanya kalangan remaja perkotaan tetapi juga telah merambah ke daerah-daerah pinggiran dan pedesaan.
Bahasa gaul yang sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat mudah diserap oleh masyarakatnya. Apalagi anan-anak muda dan remaja. Anak remaja akan dikatakan dikatakan gaul dan modern apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini.yaitu mampu menyesuaikan dengan infromasi serta teknologi yang berkembang saat ini.serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal tersebut tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa gaul yang akan mereka temui nanti yaitu ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini.
Dalam era globalisasi ini dimana semua alat teknologi sudah canggih, pastinya semua anak remaja tidak ketinggalan. Sebagai contoh handphone dikalangan anak muda, semua anak muda di Indonesia sudah memiliki handphone  dari yang harganya selangit sampai yang terendah dengan berbagai macam fungsi dan kegunaanya. Melalui handphone anak muda dapat berkomunikasi dan bertukar informasi dengan teman. Salah satunya melalui SMS mereka dapat berkomunikasi secara tertulis.
Bahasa yang mereka gunakan dalam SMS bermacam-macam, yang pasti singkat dan mudah dimengerti. Bahasa gaul yang tidak lepas dari peristiwa ini. Kalau tidak, mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi dalam SMS. Mereka akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan.
Yang agak ekstrim misalnya sebutan untuk orang tua seperti ibu atau bapak berubah menjadi ”bokap” dan “ nyokap”. Jika anak-anak muda tidak menggunakan bahasa gaul ini mereka merasa ketinggalan jaman, kuno, gak gaul, dan sebagainya.
Sebagai media berekspresi, bahasa gaul sejatinya tidak akan menimbulakan masalah sepanjang pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi memiliki derajat kesepahaman yang sama terhadap maksud tuturan. Bahkan, penggunaan partikel bahasa prokem, seperti “sih”, “tuh”, “nih”, “dong”, “yah”, atau “deh”, membuat suasana pergaulan terasa lebih “hidup” dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku.
Maraknya penggunaan bahasa gaul dalam konteks komunikasi kekinian bisa dipahami sebagai ekspresi kaum remaja yang bersifat pragmatis untuk menciptakan situasi pergaulan yang lebih cair dan akrab. Meskipun demikian, sungguh celaka apabila dalam situasi formal, para penutur bersikap latah menggunakan bahasa gaul. Sanksi formal memang tidak ada. Namun, ketaatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar perlu terus dijaga. Kepada siapa kita berbicara, topik apa yang dibicarakan, dan dalam situasi apa kita berbicara, perlu dijadikan sebagai pertimbangan utama bagi seorang penutur dalam berekspresi. Jangan sampai kita mencederai proses dan interaksi sosial akibat penggunaan ragam berbahasa yang tidak sesuai.
Sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa, sudah saatnya penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar terus dibumikan dalam konteks pergaulan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non-formal. Maraknya penggunaan bahasa gaul dalam interaksi sosial perlu dimaknai sebagai bagian dari dinamika sosial yang bersifat temporer. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring perkembangan peradaban masyarakat penuturnya.
Contoh gaya bahasa gaul dikalangan anak muda/remaja:

1)   Jaim
Jika bergaul dengan teman laki-laki jangan mengumbar kata maupun tingkah laku alias harus bisa “jaim”.Jaim alias jaga image
2)   Cupu
Sebutan ini lazim ditujukan untuk seorang yang berpenampilan kuno, jaman dulu. Dengan kata lain dianggap tidak lazim mencerminkan kekinian, misalnya berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku (terlalu rajin belajar), kurang bergaul dikalangan anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat “culun punya”. Culun dapat berarti “lugu-lugu bego”  punya, dapat berarti “benar-benar”, jika digabung menjadi : benar-benar lugu/bego.
3)   Memble dan Kece
Kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja pada tahun1986, muncul sebuah film berjudul “ Memble Tapi Kece” yang dperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
4)   Booo…
Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempromosikan kata-kata ini.
5)   Cetar Membahana
Yang dipopulerkan oleh Syahrini.
Masih banyak lagi bahasa gaul lainnya seperti anak alay, cabe-cabean, terong-terongan, lidi-lidian dan lain sebagainya.

Sebagai remaja yang memiliki kemampuan berfikir, tentu kita tidak  mau menjadi bagian atau termasuk dari orang “asbun” alias “asal bunyi” dalam berbicara. Nah karena itu, sebaiknya kita meninjau kembali bahasa gaul yang setiap hari kita gunakan itu sudah sesuai tidak konteksnya dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Supaya tidak asal bunyi, bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pribadinya. Silakan menggunakan bahasa gaul sebagai cerminan bahwa kita memang remaja yang senang bergaul. Namun hati-hati, jangan karena kita merasa bangga jadi anak gaul tetapi bahasa gaul yang kita gunakan tidak tepat konteksnya atau bertentangan denagn nilai-nilai kesopanan dan moral. Sebab jika demikian bisa-bisa kita justru disebut anak yang salah gaul. Jadi kita harus pandai memilih bahasa yang baik untuk digunakan pada saat bicara.
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas dimasyarakat masa depan, perlu adanya usaha saat ini untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Para orang tua, guru, pemerintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak terhadap Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan masa mendatang akan semakin meningkat.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa pemersatu dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia fiksi dan dunia nonfiksi yang menyebabkan interferensi kedalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa Indonesia diatas, ada hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain :
a)        Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para penerus bangsa, Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul.
b)        Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahsa Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang dapat kita gunakan untuk merekatkan pesatuan dan kesatuan bangsa. Dengan menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan Bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul.
c)        meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dapat diberi tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah serta juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerpen atau puisi.

No comments:

Post a Comment